Berbicara dengan Diri Sendiri
Sebuah artikel berjudul “Yang Bisa Kita Pelajari dari Negative Self Talk Anna Sasaki dalam “When Marnie Was There” di laman sediksi. Artikel yang diunggah pada 25 September 2021 itu menceritakan tentang sebuah film anime karya Studio Gibli yang membawa unsur ‘negative self-talk’ tokoh utamanya karena sesuatu.
Aku tidak mengikuti film karya Gibli tersebut, namun aku tertarik dengan ‘negatif self-talk’ yang dibahas. Sesuatu yang dekat sekali dengan kita, bahkan mungkin masih sangat sering kita lakukan sejak kanak-kanak hingga saat ini.
‘Self-talk’ dapat kita artikan sebagai berbicara dengan diri sendiri. Aktivitas ini sering kita lakukan baik disengaja maupun tidak. Misalnya Ketika kita mengeluh, kita akan berkata kepada diri kita “Betapa cerobohnya aku” atau “Betapa bodohnya aku” , atau misal Ketika kita menyemangati diri kita sendiri, kita akan mengatakan “Ayo, aku harus semangat” seolah-seolah dalam diri kita ada dua entitias yang berbeda.
Dalam video di kanal youtube TED-Ed yang berjudul “Is It Normal to Talk to Yourself”, disampaikan bahwa ‘self-talk’ merupakan sesuatu yang normal. Masih dalam video tersebut, Lev Vygotsky, salah seorang tokoh di bidang psikologi, menyatakan bahwa Self-Talk terjadi semenjak kita kecil sebagai salah satu tahap penting dalam menyampaikan mengolah informasi dan pengetahuan dalam diri kita dari lingkungan sekitar. Aktivitas berbicara dengan diri sendiri masih terbawa hingga kita dewasa.
Self-talk dapat menjadi sebuah aktivitas yang membangun sekaligus merusak. Hal baik yang diberikan dari aktivitas belajar sendiri adalah membangun motivasi internal, mengurangi rasa takut dan cemas, serta meningkatkan focus dan konsentrasi diri Ketika mengerjakan sesuatu.
Sisi buruk dari self-talk muncul Ketika kita melakukan ‘negative self-talk’. Negative self-talk dilakukan saat kita mengatakan banyak hal buruk dari diri kita karena suatu sebab tertentu, misalnya permasalahan psikologis, trauma, atau yang lainnya. Negative self-talk dapat menguatkan emosi kesedihan dan memperbesar depresi seseorang, membuat orang semakin cemas dan terjebak dalam ruminasi.
Dalam artikel yang kubaca di sediksi tersebut, disebutkan cara untuk mengurangi ‘negatif self-talk’, cara-cara yang dianjurkan antara lain: Menyadari saat ‘negative self-talk datang’, menyadari bahwa pemikiran tersebut hanya asumsi dan bukan fakta, beri nama dan jadikan negative self-talk sebagai teman, dan yang terakhir adalah batasi ‘negative self-talk’ kepada diri sendiri.
Tentu cara-cara mengurangi negative self-talk itu tidak semudah yang dibayangkan, apalagi Ketika kita sudah pernah terjun jatuh dalam perasaan negatif yang dalam. Namun, bukan berarti hal itu tidak bisa diubah, bukan?