Berkawan dengan Bosan

Orakorekan
2 min readSep 25, 2023

--

Foto: Dokumentasi Pribadi

Sesungguhnya kota ini mulai terasa bagai cangkang. Sebagian besar isinya, ya, begitu-begitu saja: bangunan berdiri, taman dibuka, kedai dan toko seperti cendawan; banyak yang tumbuh, tak sedikit pula yang mati.

Mataku mulai memandang kota ini dengan abu-abu seperti butiran pasir. Yang bersinar mulai redup, yang menyenangkan mulai hilang.

Ada keinginan untuk melancong, berpindah tempat tinggal dan mencari makan. Meski begitu aku belum bisa, ada sesuatu yang masih belum usai. Mungkin tidak dalam waktu yang lama, tetapi yang “belum usai” itu tidak bisa aku tinggalkan esok hari. Prosesnya memerlukan waktu.

Kebosanan adalah suatu hal yang lumrah. Ketika semuanya telah berjalan autopilot dan tidak ada kebaruan dalam kurun waktu yang lama, siapa yang tidak jengah? Rutinitas perlahan mengikis ketertarikan dan semangat seperti pasir mengikis batu.

Hanya saja bila keadaan tak bisa diubah, kita harus bagaimana?

Aku melakukan sebuah kiat sederhana, cuma aku tak tahu apakah ini berlaku untuk orang lain. Aku mencoba untuk bisa memandang sesuatu yang sama itu dalam sudut pandang yang lain. Carilah sisi di mana hal tersebut tak terlihat sebelumnya. Bisa juga dengan berinovasi atau berkreasi dengan sesuatu yang membosankan tersebut, sehingga muncul sebuah kebaruan.

Seperti Sabtuku di kota ini, kota yang perlahan kelabu. Mengayuh pedal untuk mencari yang hijau di tengah semen dan aspal abu-abu, suara cericip burung di antara deru kenalpot dan klakson kendaraan bermotor, serta rumput-rumput di antara paving blok.

Aku tidak keluar dari kota ini, tetapi aku menurunkan hal-hal yang membuatnya kian membosankan.

--

--

Orakorekan
Orakorekan

Written by Orakorekan

0 Followers

Menulis suka-suka

No responses yet